Rabu, 15 April 2009

DEMI ENGKAU AKU RELA (Renungan Paskah)

DEMI ENGKAU AKU RELA

(Efesus. 5:1-4)

Bahan Penelaahan Alkitab Paskah

Pemuda GKPS Belawan Resort Medan Utara & Pemuda GKPS Pers. Patumbak Resort Menteng Indah

Oleh:Jhonedy Chandra Purba, S.Th

Rela…rela…rela aku relakan! Rela…rela…rela aku rela...

  1. Inilah sepenggal syair lagu dangdut era 90-an yang menyatakan sebuah konsep “kerelaan” yang diberikan seorang kekasih kepada pasangannya. Kata “rela” adalah kata yang sering kita dengar dan mungkin merupakan kata yang sering kita ungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam KBBI, ada beberapa pengertian yang menguraikan kata “rela”: 1. Bersedia (sudi) dengan ikhlas hati. 2. Izin (persetujuan) perkenaan. 3. Dengan senang hati. 4. Tidak mengharap imbalan. 5. Dengan kehendak dan kemauan sendiri. “Rela” berarti bersedia melakukan/ memberi / mengorbankan sesuatu secara ikhlas, senang hati, tidak mengharapkan imbalan dan dilakukan dengan kehendak sendiri. Orang yang rela tidak megharapkan akan diberi ketika ia memberi. Mau berkorban tanpa mengharapkan penghargaan yang lebih dan mau bekerja tanpa berharap akan upeti.

Ada beberapa dimensi yang diperlihatkan dalam sikap rela: 1. Rela berarti memberikan sesuatu yang berarti. 2. Melakukan sesuatu tanpa syarat. 3. Melakukan sesuatu dengan rasa syukur dan juga menimbulkan rasa syukur. 4. Rela juga mengandung unsur kasih.

  1. Paskah[1] adalah wujud nyata kerelaan Kristus

Dalam perjalanan pelayananNya, kita melihat bahwa dalam pribadi Yesus terpancar sikap rela. Ialah lahir ke dunia dalam rupa hamba (Fil.2:6-8); menjalani Via Dolorosa dengan menerima hinaan, makian, pukulan dan bahkan tikaman yang tidak hanya membawa luka fisik, namun juga luka batin (Luk. 23:1-49). Itu semua dijalani Yesus atas dasar kerelaannya, supaya manusia terbebas dari belenggu dosa dan maut (Rom.3:23-25; 6:23). Yesus rela menderita untuk kebebasan kita, Ia rela mati supaya kita hidup. Kasihnya kepada dunia mendasari kerelaanNya, dan semua itu dilakukan tanpa syarat, ikhlas untuk kemuliaan Bapa (Ay. 2).

3 Respon kita sebagai penerima kerelaan Kristus.

Kerelaan Kristus untuk menderita adalah untuk kebebasan kita, kematianNya adalah untuk kehidupan kita. Yesus menderita dan mati (Paskah) terjadi untuk kebahagiaan dan kehidupan bagi kita. Kalau kita tidak hidup dan tidak bahagia karena Paskah, maka sia-sialah kerelaan itu, karena dalam kerelaan terkandung dimensi syukur bagi si penerima. Dalam efesus 5:1-4, ada ciri kehidupan yang bahagia ysang timbul karena paskah:

a. Hidup sebagai penurut-penurut Allah (hidup dalam ketaatan) (ay.1)

penurut Allah berarti, turut dan patuh kepada Allah serta segala aturanNya. Orientasi dan tujuan hidup penurut-penurut Allah adalah aturan Allah. Dengan demikian sang penurut memiliki ketergantungan mutlak kepada Allah. Dalam hal ini diperlukan relasi dan komunikasi yang baik antara sipenurut (manusia) dengan Allah supaya dia tau apa yang harus dia turuti. Diperlukan komunikasi dan relasi yang berlangsung PeDe (Per detik) XL (Extra Luas) dan senantiasa AXIS. Artinya relasi dan komunikasi yang dibangun berlangsung terus menerus, dalam setiap ruang dan waktu dan dilakukan konsisten dalam suka maupun duka

b. Hidup Dalam Kasih (ay. 2)

Buah dari komunikasi dan relasi yang PeDe, XL, dan AXIS kepada Allah harus terlihat dalam sikap hidup yang penuh kasih. Kasih yang diperlihatkan adalah buah dari komunikasinya dengan Allah. Kasih itu bercermin dari Kasih Yesus. Kasih yang menghadirkan Damai Sejahtera (syalom) dan sukacita (Lih. 1 Kor. 13:4-7). Kasih yang demikian adalah kasih yang muncul dari perpaduan Love in thinking, speaking and doing.

c. Hidup Kudus (ay. 3)

Kudus (qados) berarti dikhususkan bagi Allah. Hidup kudus dimaknai sebagai hidup yang segala dimensinya semata-mata diarahkan kepada Tuhan. Pikiran, perkataan dan perbuatan dikuasai oleh Roh Allah dan diperuntukkan untuk kemulian Allah. Thinking, speaking and doing to serve God. Jika demikian, hidup kudus berarti hidup untuk kemuliaan Allah yang termanifestasi dalam hidup yang bermakna bagi dunia, hidup yang menjadi berkat (ay. 4)

d. Senantiasa Bersyukur (ay.4)

Salah satu hal yang terberat yang dilakukan manusia adalah bersyukur! Banyak cerita dalam legenda masyarakat yang menggambarkan betapa sulitnya manusia untuk bersyukur dan mendapatkan kegagalan karena lupa bersyukur (Mis, Legenda Sampuraga, Malin Kundang). Orang yang mau bersyukur adalah orang yang mau menghargai kerelaan orang lain. Dalam kaitannya dengan iman, orang yang bersyukur adalah orang yang beriman. Karena dalam bersyukur ada keyakinan dan penghargaan atas oknum yang telah memberi/ merelakan sesuatu. Orang yang bersyukur adalah orang yang menghargai kerelaan Allah dalam membebaskan ia dari maut dan dosa. Bersyukur juga merupakan ciri orang-orang yang menghargai berkat (1 Tes. 3:13).

Bersyukur tidak sekedar lips service. Tidak sekedar ucapan ”terima kasih Tuhan” tetapi syukur juga harus dinyatakan dalam sikap hidup yang memberi diri untuk Tuhan dalam pelayanan. Orang yang bersyukur akan melayani lewat kemampuan dan talenta yang ada padanya.

4 PASKAH : “demi engkau AKU rela“ menjadi “demi ENGKAU aku rela“

Paskah adalah wujud kerelaan Kristus memberi diri untuk keselamatan manusia. Dalam setiap penderitaan dan siksaan yang dialami Yesus tersirat ucapan “demi engkau AKU rela“. Dalam setiap tetes peluh dan darah dari sekujur tubuhnya juga tersirat “demi engkau AKU rela“.

Yang menjadi pertanyaan dan perenungan bagi kita adalah: Apa respon yang saya berikan ketika Yesus mengisyaratkan “demi engkau AKU rela“ dalam setiap rintihanNya? Apa yang Saya perbuat untuk menghargai kerelaan itu. Perikop ini mengingatkan kita agar memberi respon bagi kerelaan Yesus. Respon yang mengajak kita untuk menjadi penurut-penurut Allah walau banyak godaan dimasa muda ini, mengajak kita untuk hidup dalam kasih walau dunia dipenuhi kebencian dan amarah, mengajak kita untuk hidup kudus walau dunia penuh kecemaran, mengajak kita untuk senantiasa bersyukur walau dunia tak pernah merasa cukup, mengajak kita untuk menjadi pemuda GKPS yang memberi diri bagi pelayanan sebagai sahabat Yesus.

Sebagai pemuda sahabat Yesus kita sudah menerima kerelaan dan pengorbanan Kristus. Maka sudah selayaknya kita memberi jawaban yang pasti kepada Yesus: ”demi ENGKAU aku rela”. ”Demi ENGKAU Aku rela” berlelah dalam pelayanan ini, ”demi ENGKAU aku rela” dianggap bodoh oleh dunia karena aku turut aturanMu. ”Demi ENGKAU aku rela” berpeluh menahan ego dan keinginan daging demi memperlihatkan kasih. ”Demi ENGKAU aku rela” mengkerdilkan nafsu duniaku agar selalu bisa bersyukur atas anugerahMu.

Inilah saatnya kita berkomitmen untuk memberi diri dalam setiap pelayanan. Inilah saatnya kita bangkit dan maju dalam pelayanan. Ya Tuhan... demi ENGKAU aku rela!



[1] Paskah adalah suatu hari raya yang dirayakan orang Yahudi untuk memperingati pembebasan Israel dari Mesir. Anak sulung orang Mesir mati dibunuh, tapi pintu-pintu orang Ibrani dilewati (Ibr: Pesakh yang sesjajar dengan Paskah, yang berarti “melewati”). Paskah diperingati dengan mengadakan perjamuan dengan memakan korban paskah atau anak domba Paskah (Kel. 12:23-28; 43-51). Dalam Perjanjian Baru Kristuslah yang disebut korban Paskah (1 Kor. 5:7; Why. 5:6). Gereja Kristen masa kini merayakan Paskah pada hari kebangkitan Kristus, kebangkitan kristus menandai kemenanangnnya atas dosa dasn maut. Orang yang percaya akan Kristus juga mendapatkan kemenangan itu dan lepas dari dosa dan maut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar