Saya pernah berfikir bahwa tempat yang paling banyak dikunjungi Yesus dalam menjalankan pelayananNya adalah Sinagoge. Tapi ternyata apa yang pernah hadir dibenak saya itu adalah hal yang keliru. Cukup mengejutkan, ternyata Yesus menghabiskan waktuNya dalam pelayanan bukan di Sinagoge atau Bait Allah tapi tempat kerja. Dari 132 penampilan Tuhan Yesus di wilayah publik, 122 diantaranya ternyata adalah ditempat manusia menjalankan pekerjaannya. Dari 52 Perumpamaan yang diwartakan Yesus, 42 diantaranya menyentuh konteks dunia kerja. Sungguh diluar apa yang selama ini saya bayangkan!
Apa yang sudah dinyatakan di atas menyatakan bahwa Yesus menghabiskan lebih banyak waktu pelayananNya di dalam dunia pekerjaan manusia. Artinya, konteks tempat kerja bagi Yesus adalah wilayah yang penting untuk disentuh dalam pelayananNya. Konteks tempat kerja menjadi perhatian bagi Yesus. Konteks tempat manusia bekerja adalah ladang pelayanan yang sangat perlu digarap. Ttempat itu adalah ruang yang harus disinari. Dan itulah tempat yang bagiNya perlu digarami. Bukan hanya Yesus, ternyata Paulus juga mencatat hal yang senada dalam pelayanannya. Sama seperti Yesus, Paulus juga begitu sering melaksanakan pelayanannya di wilayah kerja. Dari 40 tanda mujizat yang dilakukan paulus dalam Kisah Para Rasul sebagian besar bukan terjadi di Sinagoge, melainkan di tempat manusia bekerja.
Inilah kenyataannya! Banyak tuaian dalam konteks tempat kerja. Yang membuat saya prihatin dan bingung kenapa banyak yang tidak menyadari hal ini. Bahkan, konteks tempat kerja justru ditempatkan sebagai wilayah yang harus dijauhi dalam pelayanan. Tidak sedikit orang yang menganggap tempat kerja adalah wilayah yang kotor, tempat yang sarat dengan nafsu duniawi, daerah yang warnanya adalah kecurangan, untung-rugi bahkan penipuan. Begitu kotornya wilayah kerja dalam mindset yang ada sehingga banyak yang enggan untuk menggarap, menyinari dan menggaraminya?
Memang, tempat kerja yang kita lihat an rasakan saat ini cenderung kelam. Ditempat itu banyak ditemukan noda-noda. Lihat saja di sekitar kita: disana-sini banyak korupsi (data Transparency International mengatakan bahwa dalam daftar yang diumumkan tahun 2012 lalu, Indonesia berada pada peringkat 118 di dari 174 negara di dunia dan 6 besar di Asia Tenggara), belum lagi diskriminasi dan kekerasan di dunia kerja, persaingan yang menghalalkan segala cara, praktek perdagangan ilegal, dsb. Hal ini menunjukkan potret kelam dunia kerja di sekitar kita. Persoalannya, apakah dengan potret itu kita justru berfikiran bahwa misi menjadi terang dan garam justru semakin dijauhkan dari lokasi tersebut?
Agaknya, kita perlu menggubah mindset yang demikian. Melihat apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 5:15-6. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa setiap pengikut Yesus hendaknya menjadi garam dan terang bagi dunia sehingga dunia mampu melihat perbuatan baik dan mempermuliakan Bapa di Surga. Untuk apa garam bagi lautan yang asin? Adakah faedahnya pelita di dalam ruangan yang terang? Tentu tidak bermanfaat bukan?
Justru ketika kita melihat dunia kerja diwarnai kekelaman dengan segalam manifestasinya, disitulah sebenarnya orang percaya diharapkan hadir dan memberi nuansa yang baru. Sebab dengan demikianlah garam dan terang itu baiknya memberi rasa dan cahaya, sehingga yang kelam mampu melihat dan merasakan hadirat Allah dalam perjalanan kerjanya.
Dunia kerja adalah ladang yang perlu digarap, wahana yang perlu di garami. Oleh karena itu, kita perlu menjadi terang dan garam dimanapun kita bekerja. Orang percaya hendaknya mulai memikirkan untuk mencoba mengarahkan misi pelayanannya ke dunia kerja dan tidak hanya berkutat di Sinagoge. Apa yang Tuhan Yesus dan Paulus nyatakan dalam perjalanan pelayanannya menjadi potret bagi pelayanan Kristen saat ini. Mari juga pergi ke pasar jangan hanya berkutat di Sinagoge. Sebab pasar membutuhkan terang dan pasar juga merindukan garam. Jangan ber-antipati terhadap pasar, sebab dipasar banyak tuaian! Maka, jadilah saksi di tempat anda bekerja.
Medio Juli 2013
Salam Kasih Dari Timur Borneo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar