Penolakan, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan adalah pengalaman yang selalu dihindari setiap manusia. Memang, penolakan adalah sebuah pengalaman yang membuat kita merasa tidak nyaman, kecewa bahkan membuat kita kadang merasa tidak punya arti apa-apa. Apa lagi penolakan itu justru berasal dari orang-orang yang sangat kita cintai atau orang-orang terdekat. Orang-orang yang kita cintai atau orang-orang terdekat yang dalam harapan kita menjadi teman dikala kita susah, menjadi penopang dikala kita jatuh, kadang terasa menjauh. Dalam situasi ini kepahitan pasti akan melanda perasaan kita.
Sabar! Kita bukanlah orang pertama yang mengalami penolakan. Alkitab mencatat seorang tokoh yang mengalami penolakan yang sangat ekstrim. Tokoh yang dimaksud adalah Yusuf, anak bungsu Sang Founding father nya Israel. Ia ditolak, bahkan dibenci oleh saudara-saudaranya. penolakann dan kebencian itu bermuara pada sikap ekstrim saudara-saudaranya yang menjualnya sebagai budak ke negeri yang tidak mengenal Allah. Penolakan dan kebencian yang diterima oleh Yusuf membuat ia terlempar jauh dari keluarganya dan terpaksa bertaruh nasib dengan beratnya realitas hidup ditempatnya.
Penolakan yang terjadi pada kita sering kali membuat kita hancur dan kehilangan arah iman. Membuat kita seolah tak punya arti dalam kehidupan ini, yang pada akhirnya bermuara pada tumbuhnya akar pahit (kekecewaan, kebencian & dendam) dalam diri. semuanya itu tumbuh akibat sikap kita yang menyimpan kebencian dan dendam pada orang-orang yang menolak kita. Namun tidak demikian dengan Yusuf. Walau penolakan yang diterimanya sangat luar biasa besarnya, namun dia tidak membiarkan sedikitpun akar kebencian dan dendam tumbuh subur dalam hatinya.
Sikap Yusuf yang tidak membiarkan kebencian dan penolakan tumbuh subur dalam dirinya terlihat dikala musim kelaparan melanda bumi, termasuk Israel kala itu. Saudara-saudara Yusuf yang menolaknya, datang menemui Yusuf dengan satu misi "mendapatkan makanan bagi keluarga mereka". Kala itu, Yusuf yang telah menjadi "orang nomor dua" di kerajaan Mesir, memperlihatkan belas kasihan yang luar biasa. Saudara-saudara yang menolaknya justru dilayani dengan sangat baik. Tidak hanya dicukupinya dengan makanan, tapi semua mereka diajak untuk pindah ke Mesir agar terhindar dari bahaya kelaparan. Jelas melalui pengalaman Yusuf, terjadi sikap teologis menanggapi penolakan. Tidak membiarkan kebencian dan dendam mengakar dalam hati, tetap menjalin kebersamaan dengan Tuhan, dan menerima keadaan tertolak dan sipenolak dalam kasih yang besar...
"Tidak membiarkan kebencian dan dendam mengakar dalam hati, tetap menjalin kebersamaan dengan Tuhan, dan menerima keadaan tertolak dan sipenolak dalam kasih yang besar..." Inilah yang menjadi resep mujarap yang dipraktekkan Yusuf dalam menghadapi penolakan. Tentu itu bukanlah hal yang mudah untuk kita, tapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin. Kristus telah mengampuni kita dari segala penolakan yang kita perlakukan kepada-Ny, trus, apa alasan kita tidak mau mengampuni???? Jangan membiarkan kebencian dan dendam tumbuh subur karena itu akan membuat kita rugi dan tetap sakit... Ampunilah, karena Yesus telah mengampuni kita...
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh...
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh...
Tuhan lebih dulu mengampuni kepadamu..
Mengampuni, mengampuni lebih sungguh...
Inspirated By: Gen. 42-47
ITB (Idop i Toruh Buluh), Sirp. Sigodang, 29 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar