Kamis, 28 Februari 2013

Catatan Kecil Di Hari Ulang Tahun....



Hidup hanya satu kali. Panjang perjalanan hidup pun terbatas. Tak bisa diulang atau diperpanjang. Itulah sebabnya, mengapa bagiku kesempatan menikmati pertambahan usia saat ini menjadi suatu hal yang sangat istimewa. Istimewa, karena ternyata sudah 28 tahun aku menjalani kehidupan ini. Sudah 28 tahun aku diberi kesempatan menikmati dunia ini dengan segenap riak-riaknya.

28 September 1983, Allah mengaruniakan kesempatan bagiku untuk menikmati kehidupan dengan segala warna-warninya. Di pinggiran kota Medan dan ditengah keluarga yang sederhana Allah menitipkanku untuk bertumbuh dan menjadi salah satu pelaku dalam skenario kehidupan yang dirancang-Nya. Bak sebatang pohon, aku tumbuh. Bak seokor burung aku belajar terbang mengarungi langit. Bak seorang actor aku memainkan peran dalam ruang dan waktu dimana Dia menitipkanku untuk mewarnai setiap alur cerita yang disutradarai-Nya. Kadang pohon itu harus berhadapan dengan angin sepoi-sepoi yang begitu menyejukkan, walau kadang rantingnya harus patah bahkan batangnya tumbang diterpa deru angin yang membahana. Kadang burung kecil itu harus jatuh ketika dia belajar terbang mengitari luasnya cakrawala dan kadang dalam ketegarannya dia mampu menaklukkan setiap tiupan angina yang menghantam. Kadang, actor yang tak ternama itu harus memainkan peran utamanya dengan tergopo-gopo, walau kadang kala ia hanya tampil sebagai figuran yang hanya dipakai untuk peran yang sama sekali tak menghibur. Semua itu sungguh istimewa bagiku karena pada kenyataannya aku mampu tetap hidup dan mewarnai kehidupan hingga saaat ini.

Dalam hidup dan dalam tugas mewarnai kehidupan itu, semakin aku menyadari bahwa Dia menginginkanku terus bertumbuh. Bertumbuh tidak hanya untuk menjadi pelengkap tapi mengambil peran yang sungguh amat penting. Akan tetapi, semakin aku berupaya untuk menghayati keinginan-Nya itu, jiwaku senantiasa dituntuntun pada sebuah pertanyaan: Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?’. Sungguh, pertanyaan itu tetap menjadi misteri yang tak pernah terpecahkan sampai 28 tahun kujalani kehidupan ini. Bak sebatang pohon, aku hanya sebatang pohon kecil, bak seekor burung, aku nyatanya bukanlah burung rajawali. Bak seorang actor, aku hanyalah actor yang tak selalu menyadang peran utama.

Pertanyaan itu, semakin membahana dalam batinku manakala 2 tahun silam, Dia memanggilku untuk menjadi hamba-Nya untuk sebuah tugas besar dalam rumah-Nya. Dalam segala lini kemampuan, aku biasa-biasa saja. Bahkan terlalu naïf rasanya jika aku dikatakan pantas untuk tugas mulia ini. Anehnya, Dia tetap mau pakai aku hingga saat ini. Sungguh, bagiku ini adalah sebuah apresiasi yang sangat luar biasa dari Allahku yang luar biasa.

Saat ini, ketika Dia mengaruniakan aku kesempatan mengarungi kehidupan ini satu tahun lagi, aku mau pertanyaan itu tetap membahana dalam sanubariku. Sebuah pertanyaan yang kuharapkan menuntunku pada pengakuan yang mantab akan kebesaran-Nya. Pengakuan yang tak hanya menjangkau ranah pikirku tapi juga mendarat kuat dalam setiap sesi kehidupanku. Dan biarlah pertanyaan itu pada akhirnya akan menuntunku pada sebuah titik yang pasti: “kemana sebenarnya tujuan hidup ini kuarahkan?

Terimakasih Ya Tuhan Allahku, atas hidup yang masih Kau biarkan ada padaku. Terimakasih buat seluruh insan yang masih Kau biarkan terus mendampingiku dalam menjalani lautan luas kehidupan ini. Sungguh, aku istimewa bagi-Mu. Pakai aku ya Tuhan seturut rencana-Mu. Tuntun aku untuk mampu mensyukuri limpahan berkat yang masih Kau biarkan menghampiriku….
"Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
I Tawarikh  17:16

Negeri Berbilang Kaum
Sibolga Nauli
28 September 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar