Man Purpose but God Dispose! Secara sederhana kalimat ini dapat kita artikan “manusia berencana tetapi Tuhan yang
menentukan”. Pribahasa ini mengungkapkan sebuah fakta bahwa sejatinya
manusia adalah makhluk yang terbatas. Secara khusus, terbatas dalam menentukan
hasil akhir dari rangkaian perjalanan kehidupannya. Ya, inilah faktanya:
Manusia adalah makhluk yang terbatas.
Dalam perihal
keselamatan, fakta keterbatasan manusia ini sangat jelas. Dalam Roma 3:23
Paulus menyebutkan bahwa “semua manusia telah berbuat dosa”. Keberdosaan itu
menjadi penghalang bagi manusia untuk sampai kepada Allah dan memperoleh keselamatan.
Dengan segala upaya manusia berusaha untuk keluar dari kungkungan dosa, tapi
nyatanya, kembali manusia itu diperhadapkan kepada keterbatasannya. Ia tidak
mampu keluar dari kungkungan dosa itu, bahkan ketika ia melakukan taurat (4:13).
Lalu Allah berinisiatif menjadi pendamai antara manusia dengan Allah dan
mengangkatnya melalui Yesus Kristus.
Pada perikop ini
Paulus menyaksikan fakta itu dengan pengungkapan fakta sejarah Bapa Leluhur
Abraham dan Daud. Dikatakannya, Abraham tidak dibenarkan karena perbuatannya
(4:1-3). Demikian halnya dengan Daud yang diampuni oleh Allah (4:6-8). Walaupun
keduanya dikenal sebagai pribadi yang ‘baik’,
tapi bukan berarti kebakan itu yang menghantarkan mereka kepada gerbang keselamatan. Abraham,
demikian halnya dengan Daud, memperoleh keselamatan atas Karya Allah, bukan
karena upayanya. Selanjutnya Paulus menegaskan bahwa karya Allah perihal keselamatan
itu kemudian dimateraikan (disahkan) melalui sunat yakni tanda bahwa Allah
sudah membenarkan mereka (4:11). Sunat adalah tanda pemateraian berdasarkan
iman. Dengan pemateraian itu mereka menjadi layak menerima keselamatan.
Tentunya dalam iman kepada Allah. Tanda itu kemudian menjadi ciri bagi pola
hidup mereka. Dalam hal ini, jika sunat
sebagai tanda keselamatan, maka orang
yang bersunat tentu diharapkan memperlihatkan ciri yang ‘selamat’. Apa ciri itu? Menjadi agen keselamatan bagi manusia yang
lain. Menjadi media bagi keselamatan manusia lain. Sunat berarti pengesahan,
orang yang sudah disahkan diharapkan bertanggungjawab atas apa yang disahkan
itu.
Menyoal manusia
sebagai agen atau media keselamatan, manusia itu harus menjadi manusia bagi
sesamanya (homo homini homo).
Artinya, manusia itu memiliki habitus (kebiasan)
berprilaku kemanusiaan, berperasaan, berbudi, bertenggang rasa, bermartabat
luhur, bermurah hati, berjiwa besar dan bertanggungjawab. Semuanya ini adalah
bukti bahwa manusia itu benar-benar memperlihatkan materai itu dalam dimensi
kehidupannya. Dan tentunya, kesemuanya itu ber-hulu dan ber-muara pada iman
kepada Allah. Inilah cirri yang dibenarkan karena Iman sama sperti Abraham dan
Daud, kita juga diharapkan tampil demikian.. Amin
Gunung Sitoli - Nias
2 September 2011
23.16 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar